Surat Cinta Dari Pembaca
Salam hangat,
Menjumpai pembaca Likes, beberapa waktu lalu redaksi menerima sepucuk ‘surat
cinta’ dari yang terkasih Suster Pia,
OSCCap. Sila disimak sapaan hangat beliau.
Sebuah tanggapan dan tawaran.
Wah-wah luar biasa banget deh, Simbah jadi bangga, haru, kagum dan
penuh syukur ikut baca buletin Likes edisi 001, Desember 2014 tentang berbagai
kegiatan sosial dan seminar-seminar, melihat gambar, foto-foto yang ganteng,
keren, dan cantik. Hanya entah mengapa, rupanya kacamata Mbah yang sedikit
buram maka gambar agak sedikit bruwet. Soal apa yang di benakku/Mbah lihat
wajah aslinya, kalian jauh lebih ganteng, keren, dan cantik, ya, iya dong
tentu, kan kita adalah gambar-gambar
Allah yang hidup penuh gairah dan semangat untuk melayani.
Tapi hati ini juga menjadi
tersentak, tersayat iba dan rasa prihatin ketika baca realita sekian banyak
cucu di Singkawang jadi pengguna narkoba dan hal-hal yang negatif dibuatnya.
Namun Mbah tidak tenggelam pada rasa doang, tapi kembali membuatku berefleksi.
Dan, ah…! Mbah jadi lebih menyadari
bahwa tidak meras lebih baik dan hidup sudah safe, mbah juga
seorang residive lho…! Walaupun bukan
dalam kasus pengedar dan pengguna narkoba. Tetapi residive sebagai seorang
pendosa yang setiap kali jatuh dalam dosa dari sejak muda sampai tua, kasihan
deh Mbah ini.
Memang sungguh benar,
“Lebih exis tanpa narkoba tapi juga tanpa dosa,” di sana kita akan menjadi
manusia-manusia yang memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang sejati sebagai
anak Allah. Nah, cucuku! Apa yang membuat Mbah ingin ikut ambil bagian dalam
berbagi sebagai salah satu umat di Gereja Katolik Singkawang, bukan membagikan
harta yang Mbah tak punya, melainkan membagi pengalaman yang amat berharga bagi
kehidupan yang amat berharga bagi hidup yaitu: habitus menerima sakramen tobat
sejak masa muda . bahwa menerima sakramen tobat sungguh merupakan rahmat besar
yang cuma-cuma diberikan oleh Bapa Surgawi lewat iman. Sulit untuk melukiskan
dengan kata-kata, tapi mungkin bisa Mbah coba bahasakan dengan kata-kata yang
berdampak: mendamaikan, melegakan, menggembirakan, meringankan, mencegah
tindakan yang lebih negatif, menyembuhkan, menjaga, melindungi, menguatkan,
mendandani hidup, menjernihkan suasana batin, dan lain-lain yang sangat
membantu tumbuh kembang hidup beriman Katolik dan merasa dibimbing untuk
berjalan pada roh kehidupan yang benar.
Ya, sungguh benar sakramen
tobat adalah berkat dan anugerah besar bagi kita semua tanpa terkecuali sebagai
keluarga universal Katolik. Lalu, apakah sakramen yang satu ini telah menjadi
habitus bagi hidup kita di sini? Atau masih sebatas kewajiban ‘NaPas’? (Natal
Paskah). Kalau sudah, syukurlah,. Kalau belum, Mbah ingin dengan rendah hati
memberanikan diri untuk menghimbau/ mempromosikan, “Mari…! Jangan lewatkan,
jangan abaikan kesempatan, biasakan diri untuk menerima sakramen tobat ini.” Di
sini kita punya gembala-gembala yang baik, ya, sungguh baik. Tapi seandainya
menurut kaca mata cucuku lain, lihatlah dengan kaca mata iman bahwa entah
apapun dan bagaimanapun imam kita, Allah tetap memakainya secara utuh dan penuh
untuk menyalurkan rahmat dan berkat-Nya juga memiliki gereja yang megah lengkap
dengan kamar pengakuan. Kiranya kita perlu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jika kita bersama menghayai
habitus sakramen tobat ini, dunia kita akan sungguh berubah. Mari kita berbaris
melangkah maju ambil bagian untuk mempercantik diri berdandanan keselamatan.
Pelan tapi pasti kita akan membentuk diri menjadi pribadi bermental dan berjiwa
Kristiani yang handal dan militan. Juga akan jadi luar biasa sumbangan mental
spiritual untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan bangsa.
Inilah suatu hal kegiatan hidup menggereja secara internal, yang tidak kalah
penting dari kegiatan-kegiatan apapun lainnya.
Semoga hal tersebut di atas
mendapat respon positif, walaupun dalam setiap kali Ekaristi kita sudah mengaku
bersama dan mendapat pengampunan, tetapi kita masing-masing ini sangat
spesifik dan sapaan kasih Tuhan juga
sangat personal dalam sakramen tobat.
Semoga ya, semoga kita
menjadi semakin seimbang dalam merias diri batiniah dan lahiriah.
(Penulis Sr. Pia, OSCCap
yang senantiasa haus akan keselamatan jiwaku sendiri dan jiwa semua
cucuku)
0 komentar:
Posting Komentar