CHUN JIE, SAATNYA BERBAGI
Semarak tradisi menyambut datangnya musim semi yang terejawantah dalam perayaan Imlek terasa kental menyelimuti lingkungan gereja Katolik. Dekorasi sederhana namun tak pelak mencirikan budaya Tionghoa terpasang di setiap sudut gereja. Demikian pula rangkaian misa dan kegiatan perayaan yang digelar, serta merta mencerminkan rasa syukur dan esensi berbagi.Minggu, 1 Maret 2015, selepas misa kedua, gereja Katolik yang dimotori oleh kelompok Mandarin, membentang tangan menjabat erat, menyambut kehadiran umat dalam kegiatan open house yang digelar dalam lingkup Pastoran Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi. Acara sederhana nan hangat disambut antusias oleh umat. Berduyun-duyun umat hadir memadati ruangan berkapasitas tiga ratusan orang ini.
Hangat, akrab, tak berjarak, semua larut dalam syukur, tawa, dan
bahagia. Ditemui di sela-sela acara, Robertus Akhiong selaku panitia menuturkan
secara singkat awal mula even tahunan ini digelar, “Mulai tahun lalu (2014),
sejak Pastor Gathot menghimbau untuk
bisa merayakan Imlek bersama,” papar pria berkacamata ini. Selebihnya ketika
ditanya masalah penyokong dana, maka dengan antusias beliau menjelaskan
bahwasanya segala persiapan didanai oleh kelompok Mandarin, juga campur tangan
umat yang berperan sebagai donatur.
Di akhir obrolan ringan, Akhiong sempat menyampaikan harapannya mengenai
keberlangsungan acara serupa, “Semoga bisa diadakan setiap tahun dan lebih
meriah di masa yang akan datang,” pungkasnya. (Hes)