Beata Magdalena Martinenggo
Google Images.Jpg |
Beata Magdalena dibaptis dengan nama Margareta Martinenggo. Dia adalah anak bungsu dari keluarga bangsawan Leopardo Martinenggo Graf dan Margarita Seccly. Dia dibaptis pada usia 5 tahun dan pada usia 10 tahun ia tinggal di Biara Ursulin untuk menerima pendidikan dan pengetahuan. Selama berada di Biara dia hidup dalam kesunyian, kehidupan batinnya mendalam dan siang malam berdoa. Dia sering berlutut di depan Salib sambil memegang salib ditangannya dan menciumnya. Dengan cara yang polos dia berbicara dengan Yesus berjam-jam lamanya, kadang-kadang ia minta ampun atas dosa-dosanya dan dilain kesempatan ia mohon agar dipenuhi cinta Ilahi.
Terkadang dia minta agar disalibkan bersama Yesus dan sering juga dia mempersembahkan dirinya sebagai kurban pelunas bagi kaum pendosa. Pada usia 10 tahun dia mengikat diri kepada Yesus hidup dalam kesucian sebagai mempelai satu-satunya, baginya mencintai Yesus harus juga mencintai Salib dan mahkota pengantin baginya adalah mahkota duri. Sejak kecil dia sudah menjumpai salib dalam hidupnya. Salib itu antara lain:
- Dia sering diganggu oleh setan yang mengejutkan dengan macam-macam bayangan.
- Dia pernah dilempar ke jalan oleh kuda yang ditumpanginya.
- Kegelisahan merenggut kedamaian dalam hatinya ketika dia menjatuhkan hosti pada komuni pertama, sehingga dia mengambil hosti itu dengan lidahnya, dia menganggap itu sebagai siksaan atas dosa-dosanya.
- Di Asrama dia pernah menghadapi tantangan besar yakni dijauhkan dari menyambut komuni.
- Ketika dia mengucapkan janji setianya dengan maksud untuk menjaga kesucian jiwa-raganya untuk Yesus, maka banyangan yang tak senonoh meliputi jiwanya bagaikan segumpal awan yang gelap gulita.
- Dengan peristiwa itu dia kawatir akan mengalami hukuman abadi.
- Kadang-kadang gelombang badai sedemikian hebat mengamuk sampai-sampai mendorong dia mengutuki Tuhan dan ingin bunuh diri.
Malam gelap itu dialaminya selama 3 tahun. Saat dia mengalami malam gelap, Ayahnya merencanakan pernikahannya. Dia pernah membicarakan hal ini pada seorang Imam tetapi Imam itu tidak mengerti akan pergumulannya. Menghadapi tawaran Ayahnya dia menjadi terombang-ambing. Dalam situasi itu malaikat pelindungnya berbisik dalam telinganya agar dia memilih Yesus. Mendengar bisikan itu dia pergi ke Kapel dan berdoa lama sekali sampai matahari terbit lagi dalam hatinya yang gelap gulita itu.
Akhirnya dia sadar bahwa cinta Ilahi yang harus dipilih dan dikejar. Dengan segenap hati dia memeluk salib sambil berjanji bahwa dia akan mengabdikan dirinya kepada Yesus melalui ordo yang keras cara hidupnya. Sejak saat itu hatinya diliputi kegembiraan dan dengan penuh damai dia pergi tidur. Malam itu dia bermimpi: Didepan tahta Santa Perawan Maria dia melihat Santa Theresia Avila dan Santa Klara Assisi saling memperjuangkan dia untuk memilih hidup mereka. Sementara itu Santa Perawan Maria memberi keputusan bahwa Margareta sungguh dipilih untuk masuk biara Kapusines, maka mimpi itu hilang.
Pada tahun 1704 Margareta meninggalkan rumah orangtuanya yang serba mewah itu guna memulai masa percobaan sebelum masa pendidikan novisiat resmi. Sungguh mengagumkan bahwa Margareta ternyata bertekun meskipun jiwanya mengalami kekeringan padang gurun. Dalam situasi itu, Ayahnya datang dan mengajaknya keluar dari biara dan dia mengikuti keinginan Ayahnya. Ayahnya mengajaknya melancong keseluruh negeri Italia, Milan, Lombardi dan Venesia. Di Venesia mereka menginap dirumah pamannya. Pamannya memperkenalkan dia pada putra seorang senator. Putra senator itu berusaha menarik perhatian Margareta yang acuh dan tetap dingin. Dan akhirnya ia tergoda juga akan cinta duniawi. Daya tarik untuk menikah semakin kuat tetapi kadang ia ingat akan janjinya pada kaki salib Yesus di Brescia. Dia berlutut di kamarnya dan berdoa. Pada akhirnya hanya satu doa yang keluar dari hatinya yaitu: ”Tuhan selamatkanlah saya, saya binasa”. Dia menyesali perbuatannya dan pada tanggal 8 september 1705 ia masuk biara Kapusines lagi dan pada tahun 1707 dia mengucapkan profesi kekalnya.
Pada Masa Novisiat dalam Kapitel dia ditolak karena berbagai tuduhan yang dilontarkan pemimpinnya. Penolakan itu membuat Margareta mengalami pergolakan yang luar biasa hebatnya. Dia merasa bahwa Tuhan tidak mau menerima kurbannya dan berbagai hal muncul dalam pikirannya. Dia mencari pertolongan kepada bapa pengakuan namun semua sia-sia. Situasi ini juga membuatnya semakin tekun berdoa, melakukan tapa sampai dia jatuh sakit. Dalam kapitel yang kedua, suatu mujizat terjadi, hal ini diakui oleh semua suster dan berkat karya Roh Kudus dia diterima untuk mengucapkan kaulnya. Semua suster memandang bahwa bukan si novis yang salah tetapi pemimpinnya. Kemudian pemimpin novisnya diganti.
Ketika menerima jubah ia membayangkan kepalanya dipenggal dan diletakkan di kaki salib. Margareta tetap setia, dia tidak mengikuti kehendaknya tetapi memperhatikan apa yang suster harapkan dari dia. Semua pekerjaan ia lakukan dengan hati gembira dan wajah berseri. Dia semakin maju dalam kesempurnaan. Dia pernah berjanji bahwa ia akan selalu berpikir dan berkata serta berbuat apa yang lebih sempurna. Dia memandang keutamaan sebagai berikut:
- Kerendahan hati, kesabaran dan cinta kasih.
- Doa yang terus menerus, kesamadian bermatiraga dalam segala hal, memanggul setiap salib dengan hati gembira.
- Selensium, hidup dihadirat Tuhan dan
- Penyangkalan kehendak diri.
Inilah yang dipersembahkan kepada keagungan Tuhan. Dikemudian hari dia menjadi Abdis, penjaga pintu dan pemimpin novis. Dia sering mendaraskan doa St. Paulus “Tuhan Yesus berikanlah saya penderitaan dan kasihanilah kami pendosa”.
Pada tahun 1728 dia jatuh sakit, hatinya terdorong untuk mengaku dosa, pengakuannya diiringi dengan tangisan dan banyak keluhan sehingga tidak dapat menyelesaikan pengakuannya dalam satu hari. Oleh karena itu Bapa pengakuan menunda absolusinya sampai keesokan harinya. Malam itu dia dilewatinya dengan doa, dia berlutut pada kaki altar didepan Sakramen Mahakudus dan memohon kerahiman Yesus. Tiba-tiba dia melihat Yesus berdiri didepannya mengenakan pakaian seorang Imam dan menaruh tangannya diatas kepala Magdalena dan berkata:”Anakku segala dosamu Kuampuni.” Penglihatan itu menghilang. Dia mengalami kebahagiaan surgawi dan pagi berikutnya dia menerima absolusi. Magdalena seumur sangat menghormati Ekaristi suci.
Peristiwa berikut adalah bukti bahwa ia menghormati Tuhan dalam Komuni suci. Dia pernah menyantap hosti yang dimuntahkan oleh seorang Novis sebab dia melihat Yesus didalam hosti suci itu. Pada suatu hari ketika Don Yoanes Baptist Moreti membagikan komuni suci kepada para suster maka dengan tiba-tiba Hosti itu melayang dari tangannya langsung menuju ke lidah Magdalena. Dengan komuni seringkali dia merasa dikuatkan dari sakitnya. Pada tanggal 27 Juli 1736 dia menerima sakramen minyak suci, dia merasa lemah dan sambil tersenyum dia menundukkan kepalanya dan meninggal. Ia digelar beata pada tanggal 3 Juni 1900 oleh Paus leo XIII.
Sumber: Dari buku orang kudus dalam bahasa Belanda terjemahan Indonesia oleh suster OSC Cap, Diringkas oleh Sr.M. Agnes OSC Cap.