Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

29 Mei 2016

EKM Capkala Bertabur Pesona Imam Baru Kapusin

EKM Capkala Bertabur Pesona Imam Baru Kapusin

Sore itu pelataran Gereja Santo Gregorius Agung Capkala dipenuhi oleh orang muda Katolik. Mereka datang dari berbagai macam stasi baik yang dekat maupun jauh untuk mengikuti Ekaristi Kaum Muda yang dirayakan setiap dua tahun sekali. Antusias orang muda Katolik untuk mengkuti acara ini sangat besar mengingat EKM kali ini sedikit berbeda dengan yang pernah diadakan sebelumnya. EKM yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2016 tersebut dihadiri dan dipimpin oleh empat imam muda yang baru saja ditahbiskan bersamaan dengan Pastor Paroki Singkawang. Ini merupakan EKM pertama yang dihadiri dan dipimpin oleh lima imam.

Acara pun di mulai pada pukul 18:30 dengan perarakan para imam yang diiringi oleh tarian Dayak. Pada pembukaan perayaan Ekaristi, Pastor Kristian Mariadi, OFMCap mengatakan bahwa orang muda Katolik harus menjadi insan yang bergembira dan penuh sukacita serta mau menghayati imannya. Tema EKM kali ini adalah “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Lima imam tersebut mencerminkan murid Yesus yang dipanggil untuk melayani. Orang muda Katolik pun diharapkan agar mau menjawab panggilannya masing-masing dan menghayatinya dengan cara yang berbeda-beda demi kemuliaan Tuhan. Perayaan ekaristi pun berjalan dengan hikmat dan diakhiri dengan sebuah lagu ciptaan keempat imam Kapusin yang baru ditahbiskan. Lagu tersebut berisikan moto-moto yang menjadi pegangan hidup serta tiang besi yang memperkuat panggilan mereka untuk menjadi imam.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan Pastor Paroki Singkawang, Gathot OFMCap. Di dalam sambutannya, Pastor Gatot mempromosikan sebuah acara besar untuk orang muda Katolik yaitu Singkawang Youth Day 2016. Acara yang akan diadakan pada tanggal 24 s/d 26 Juni 2016 tersebut merupakan puncak dari seluruh rangkaian EKM dan puncak kegiatan orang muda Katolik Singkawang. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan acara berupa bincang-bincang bersama keempat imam muda Kapusin.

Di dalam bincang-bincang tersebut, para imam muda Kapusin menceritakan tentang pengalaman, pandangan hidup dan perjuangan mereka di dalam menempuh proses studi untuk menjadi pastor. Dimulai dari Pastor Lorenzo Helli, OFMCap yang mengatakan bahwa proses untuk menjadi seorang imam tidak dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Paling cepat membutuhkan waktu 10 tahun. Oleh karena itu, untuk menjadi imam diperlukan tekad yang kuat untuk benar-benar menghayati panggilan.

Bincang-bincang kemudian dilanjutkan oleh Pastor Alfonsus Hengky Musa, OFMCap yang menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Once yang berjudul “Aku Cinta Kau Apa Adanya.” Lagu tersebut diiringi oleh petikan gitar Pastor Dominikus Dedy Sabemayono, OFMCap dan dinyanyikan bersama seluruh peserta EKM. Setelah bernyanyi, Pastor Alfon mengatakan bahwa ia sangat menyukai lagu tersebut. “Aku mencintaimu bukan karena kamu orang kaya dan malaupun kamu menyakiti aku. Aku ingin mendampingimu dan mencintaimu tanpa syarat.” Begitulah pesan yang disampaikan oleh Pastor Alfon terkait dengan lagu yang baru saja dinyanyikannya. “Lagu tersebut benar-benar menggambarkan Yesus yang mau mencintai tanpa syarat,” tegasnya.

Tak hanya Pastor Alfon yang unjuk kemampuan bernyanyi, Pastor Dedi pun menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Bunga di Tepi Jalan. Lagu tersebut dinyanyikannya karena menggambarkan sebuah pengalaman yang menguatkan tekadnya untuk menjadi seorang imam kapusin. Kejadian tersebut bermula ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari Aris. Kala itu jalan yang ditempuh Pastor Dedi sangat licin dan berlumpur karena hujan yang cukup deras. Karena kehilangan keseimbangan, ia pun jatuh dari motor yang ditumpanginya. Saat itu ia melihat setangkai bunga di tepi jalan yang berbentuk hati yang memiliki corak seperti salib tao di tengahnya. “Seketika itu juga saya langsung jatuh hati dengan bunga tersebut. Di dalam bunga itu juga terdapat garis-garis yang menggambarkan perjalanan hidup saya dan semuanya ada di dalam bentuk hati,” ujar Pastor Dedi ketika menceritakan pengalamannya tersebut.

Bincang-bincang pun dilanjutkan dengan sebuah pantun dari Pastor Kris. “Paling enak rebung muda. Lebih enak telor asin. Kutantang kau kaum muda! Untuk jadi pastor Kapusin!" Beliau mengatakan bahwa dalam perjuangan menjadi pastor, kadang ada jatuh dan kadang ada semangatnya. Di dalam perjalanannya menjadi pastor, Pastor Kris mengakui bahwa panggilannya dikuatkan oleh doa dan sharing dengan saudara/i yang ditemuinya. Ia pun memohon doa kepada peserta EKM agar ia dan imam lainnya tetap setia menjadi imam kapusin sampai di peti mati. Rangkaian kegiatan EKM Capkala diakhiri dengan renungan yang diiringi alunan musik sape’ dan biola. Renungan tersebut berjalan dengan tenang dan hikmat. Tak sedikit orang muda Katolik yang meneteskan air mata ketika renungan yang disampaikan menyinggung tentang masalah dan kekecewaan manusia yang mau ditanggung oleh Yesus. (Gebot)


Dua Malaikat Penyambung Lidah Sang Ilahi

Dua Malaikat Penyambung Lidah Sang Ilahi


Teriknya mentari tak menggentarkan langkah kaki para narasumber dan peserta untuk menghadiri seminar Kerahiman Ilahi di Aula Hotel Sentosa Singkawang (17/04/2016). Seminar dimulai pada pukul 10.00 WIB dan dipandu oleh moderator Drs. Titus Pramana, M.Pd. Sesi pertama materi disampaikan oleh Pastor Mayong, OFMCap.  Sejarah, tujuan, dan esensi tahun kerahiman Ilahi dijabarkan dengan jelas oleh pastor. Senyum sapa mengayomi para peserta yang hening mendengarkan materi yang disampaikan, “Mari bersama kita pahami makna mengampuni kesalahan, bukan sekadar melupakan kesalahan namun juga belajar mengasihi, karena Allah sangat berbelas kasih kepada kita,” imbuhnya. Tidak terasa kurang lebih 60 menit bersama sesi yang dibawakan oleh Pastor Mayong, OFMCap selesai, tepuk tangan dan senyum peserta tak henti diberikan kepada pastor.

Setelah sesi pertama selesai, tiba saatnya moderator memperkenalkan dan memberi waktu kepada narasumber kedua untuk menyampaikan materi. Dengan antusias pula narasumber ke dua, Bapak Dr. Adrianus Asia Sidot, S.Sos., M.Si disambut meriah oleh para peserta. Perkenalan singkat menjadi motivasi bagi salah satu peserta  acara seminar siang itu, “Saya kagum dan termotivasi dengan sejarah singkat hidup Pak Adrianus, beliau merintis kariernya dari bawah,” kata seorang pendidik yang berasal dari SMP Pengabdi Singkawang yang tidak mau disebutkan namanya. Beliau membawakan seminar dengan Tema “Menghayati Kerahiman Ilahi di Tengah Masyarakat Kalimantan Barat,” mampu mengugah para peserta seminar untuk bersama-sama menguatkan mental dan harapan, “Kita harus siap mental, mari sama-sama kita memaknai kehadiran Kerahiman Sang Ilahi mulai dari keluarga kecil kita,” ujar Sidot yang juga menjabat sebagai Bupati Landak mengimbau para peserta seminar. 

Rekonsiliasi seluruh etnik dan agama di Kalimantan Barat ini menjadi salah satu topik yang dianggap penting oleh bapak Dr. Adrianus Asia Sidot, S.Sos., M.Si karena berkenaan dengan konflik pada tahun 1997 dan sebelumnya yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat saat ini. Beliau mengatakan dengan adanya rekonsiliasi akan menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian dilandasi oleh Kasih Allah, “Ayo kita sama2 memulai untuk Kalimantan Barat, semua etnis harus bersatu agar Kerahiman Ilahi nyata kita rasakan di bumi Kalimantan Barat ini, mari saling menghormati tanpa syarat,” ajak narasumber yang sangat familiar dengan disapa Pak Adrianus bagi para peserta seminar.

Detik-detik terakhir acara diisi dengan sesi tanya jawab, setelah berakhirnya sesi tanya jawab, Santo Satriawan sebagai tim redaksi Buletin LIKES mewancarai ke dua narasumber. Kesan kedua narasumber seminar sangat baik, “Peserta sangat antusias dan harapan saya para peserta seminar dapat merefleksikan serta mengimplementasikan hasil seminar hari ini,” respon Bapak Adrianus Asia Sidot,S.Sos.,M.Si saat diwawancarai.

Seminar selesai, dan dilanjutkan dengan Misa penutup serangkaian acara yang sangat bermanfaat dan memiliki nilai religius yang mendalam bagi iman umat Katolik. (SS)


Kursus Persiapan Perkawinan: Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia

Kursus Persiapan Perkawinan:  Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia


Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang yang belum genap setahun dilantik  merintis program baru bagi keluarga-keluarga Katolik. Dengan prasarana dan sarana yang masih terbatas dan minim, seksi ini berani membuka gebrakan dengan mengadakan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) bagi mereka yang ingin membangun rumah tangga. Kursus ini dilatarbelakangi oleh tugas panggilan mereka yang memang diutus untuk mendampingi keluarga-keluarga Katolik. Selain juga karena tantangan hidup berkeluarga yang semakin hari semakin kompleks. Kursus ini diharapkan mampu membekali para calon keluarga baru dalam mengarungi bahtera rumah tangga di tengah arus yang semakin beragam geloranya.

Gayung pun bersambut. Respon dari kaum muda yang mau membangun keluarga baru pun sangat positif. Sejatinya mereka juga mendambakan bimbingan dan tuntunan dalam menapaki babak baru yang akan mereka rengkuh.  Semenjak diumumkan, terkumpul sebanyak 12 pasang yang mendaftarkan diri sebagai angkatan pertama. Bahkan ada peserta yang berasal dari luar Paroki Singkawang. Ini tentu membawa angin segar bagi Seksi Pastoral Keluarga karena langkah awal yang dirintisnya diterima dengan baik. 

Mengambil tempat di Gedung Paroki Singkawang, KPP dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 2 dan 3 April 2016. Melalui perencaan yang cukup matang KPP dikemas dan dibahas dari berbagai ilmu yang ada kaitannya dengan perkawinan. Untuk itu  sengaja  dihadirkan orang yang memiliki kompetensi di bidangnya. Materi tentang perkawinan menurut Gereja Katolik dan Moralitas Perkawinan disampaikan oleh Pastor  Stephanus Gathot selaku pastor Paroki Singkawang. Bpk Benediktus yang bergiat dalam credit union mencoba mengupas ekonomi rumah tangga. Bahan yang disampaikan sangat sederhana, tetapi sangat ‘mengena’ bagi calon pasangan. Mereka dibantu untuk me-manage keuangan rumah tangga. Sementara Ibu Susana Darti yang berprofesi sebagai bidan juga dihadirkan untuk menjelaskan masalah kesehatan alat-alat reproduksi. Dan bahan terakhir disampaikan oleh Ibu Helaria Helena. Beliau membahas tema tentang  Keluarga Beriman. Inti yang mau disampaikan adalah sharing tentang suka duka menjalani hidup berkeluarga.

Kursus yang bedurasi  dua hari ini memberikan kepuasan tersendiri bagi para calon pembina rumah tangga.  Meskipun terasa letih karena harus  ‘menelan’ banyak tema dalam waktu yang relatif singkat namun tergambar wajah-wajah puas dari peserta kursus. “Terimakasih kepada Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang. Kami sudah dibekali dengan banyak hal,” ungkap seorang peserta kursus ketika dimintai tanggapannya. Dari pihak peserta sendiri terungkap keinginan agar pendampingan masalah keluarga bukan hanya terjadi sebelum perkawinan saja. Tetapi agar pendampingan ini terus berlanjut dan terprogram secara berkesinambungan.

Apa yang menjadi harapan peserta kursus sebenarnya juga merupakan program dari Seksi Pastoral Keluarga. KPP akan tetap dilanjutkan secara berkala dan ini sudah sudah diancangkan sebagai program 2 bulanan. Selain dari itu Seksi Pastoral Keluarga juga akan tetap concern terhadap masalah keluarga. Maka pendampingan hidup berkeluarga tetap akan dilanjutkan. Bukan hanya kepada calon-calon pengantin, tetapi juga kepada mereka yang telah membangun rumah tangga. Kita tunggu gebrakan baru dari seksi ini dalam mendampingi keluarga. Harapannya semoga keluarga katolik bisa mewujudkan diri seperti layaknya Keluarga Kudus di Nasareth. (Steph)

16 Mei 2016

Seminar dan Misa Adorasi Oleh Romo Jost Kokoh

Seminar dan Misa Adorasi Oleh Romo Jost Kokoh


 
Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang  yang didaulat menjadi salah satu paroki yang ditunjuk untuk memeroleh rahmat indulgensi oleh Bapak Uskup Agung Agustinus Agus kiranya menjelma sebagai objek utama tempat penyelenggaraan segala hal yang digagas berdasar tahun Kerahiman Ilahi. Salah satunya adalah seminar yang mendapuk Romo Jost Kokoh Prihatanto sebagai pembicara tunggal. 

Seminar yang digelar pada Kamis, 10 Maret 2016 dan bertempat di Gereja St Fransiskus Assisi ini menyoroti berbagai hal yang menjelma menjadi ‘vitamin iman’ dalam kehidupan Kristiani. Eat, pray, love. Demikian tiga hal utama yang menjadi pondasi iman Kristiani yang secara komunikatif dipaparkan oleh romo yang dalam kesehariannya bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Bellarminus, Cililitan, Jakarta ini  juga menggaet artis lagu-lagu rohani Edward Chen sebagai duet pewartaannya itu. 

Seminar yang dimulai pukul 19.30 itu sebelumnya diawali dengan Misa Adorasi yang juga mendaulat Romo Jost sebagai selebran utama, didampingi Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo sebagai konselebran. Hampir seluruh bangku dipenuhi umat yang antusias ingin mengikuti dua momen penting tersebut, Misa Adorasi maupun seminar. 
 
Usai Misa Adorasi yang sukses digelar penuh khidmat, Romo Jost segera berganti kostum menggunakan batik dan siap memimpin seminar.  Selama hampir dua jam, umat yang hadir diajak berinteraksi langsung dalam suasana seminar yang begitu ‘hidup’ dan penuh gairah keimanan. (Hes)       
 


Ziarah Iman Bersama Acies Legio Maria

Ziarah Iman

Bersama Acies Legio Maria

 


Singkawang, 6 Maret 2016 epatnya pukul 10.00 Wib, sejumlah  100 peziarah utusan dari komisium ‘Acies Legio Maria’ di Keuskupan Agung Pontianak (KAP), bersama-sama berziarah di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang. Pasukan devosional yang berasal dari pelbagai usia ini penuh khidmat dan hening saat perarakan patung Bunda Maria dari Gua Maria menuju Altar sembari memegang bulir-bulir rosario yang indah dan menawan di jemari mereka.

Deny (39) dengan penuh semangat men-sharing-kan pengalaman imannya tentang sepak terjang dalam mengikuti kelompok doanya di Paroki St. Hieronimus Tanjung Hulu, Pontianak. Menurut wiraswasta muda ini kegiatan doa Legio Maria, menjadi salah satu style pribadi dalam menumbuhkan semangat hidup kerohaniannya. “Keunikan doa  ini tidak terlalu menonjol dalam publik gereja, karena kekhasannya terletak pada kegiatan devosional pada Bunda Maria dan diwujudnyatakan dalam kegiatan kerasulan atau pastoral awam yang praktis di Lingkungan Gereja,” papar Deny dengan nada  gembira.

Kelompok Legio Maria adalah kelompok kategorial yang di dalamnya umat Allah yang mau memperhatikan secara khusus berdevosi pada Bunda Maria. Legio Maria ini juga mempunyai kekhasan  yaitu perkumpulan orang Katolik yang dengan restu Gereja dan di bawah pimpinan kuat Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dan pengantara segala rahmat, berkembang dengan pesat dari dari Gereja Katolik Roma sampai ke ujung dunia. 

Doa yang sudah hampir berusia satu abad lebih ini  mempunyai nilai-nilai yang pantas menjadi abdi Bunda Maria seperti sikap kesetiaan, pengorbanan, keberanian, pelayanan tulus, kerendahan hati dan ketabahan seperti yang dimiliki Bunda Maria yang sudah  menjadi ragi dan jiwa dalam diri pengikutnya. Perwujudannya melalui kunjungan kepada mereka yang sakit untuk didoakan baik yang terbaring di rumah sakit maupun di rumah pasien. Para Legioner (panggilan khusus bagi pribadi yang mengikuti Legio Maria)  ini sudah berkembang dan meluas maka para anggota yang aktif di dalamnya harus mengikuti peraturan dalam kegiatan doanya.

Robertus Setiapdry (16) yang juga merupakan ketua komisium Legioner dari Seminari Menengah St Paulus Nyarumkop, Kalbar, men-sharing-kan pengalaman doa dalam kelompoknya. “Kami setiap kamis malam  melakukan doa “Catena. Pada saat itu  kami bersama berbagi kisah pengalaman kerasulan yang nyata selama sepekan. Selain itu banyak hal yang saya timba dari doa ini selain menguatkan kami dalam mengikuti Yesus, yang menjadi fokus adalah bagaimana kami bersama Bunda Maria menyerahkan panggilan hidup kami agar terjawab apa yang menjadi cita-cita dan harapan kami sebagai inti sari dari perkumpulan doa ini,” papar seminaris  dari calon imam kongregasi Pasionis ini dengan mantap.

Dalam doa ini setiap anggota harus punya soul dan passion dalam dirinya. Spiritualitas hidupnya tercermin dalam doa-doanya. Jiwanya selalu terarah pada Yesus dengan meniru teladan Bunda Maria  menjadi persembahan hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah, dan tidak serupa dengan dunia ini (bdk. Rom 12:1-2),  sebagai salah satu  bagian cara menghayati dan menghidupi dalam kelompok doanya.

Pastor Aji dan Felix, OFMCap, turut hadir dalam kegiatan ini, sebagai imam yang mendampingi jiwa Legioner saat itu. Imam yang ramah ini memberi tanggapan yang positif dari semangat umat dalam menghayati hidup rohani secara khusus persembahan kepada Bunda Maria. “Setiap tahun Para Legioner Acies berkumpul dan kali ini kami memilih Gereja St Fransiskus Assisi karena tempat ini sebagai gereja kedua setelah Katedral untuk para Ziarah yang mencari ketenangan bathin di tahun  kerahiman ini,” ungkap mantan Magister Postulan ini yang sekaligus sebagai imam selebran utama Mmisa Kudus dalam kegiatan Acies Legio Maria saat itu.

Tampak juga saat itu kaum berjubah para Suster Slot, SFIC, Frater Henry dan Ferdi, OFMCap, ikut  berbaur dengan Komisium Legioner KAP sebagai bentuk dukungan dalam menguatkan ziarah batin bersama pasukan Maria ini agar tetap bertahan dan setia untuk selamanya di dalam kelompok doanya tiap hari. 

Ibu Bibiana, ketua kegiatan Acies Legio Maria Singkawang, mengungkapkan pengalamannya bahwa sangat senang dalam kegiatan Legio ini. “Saya sebagai ketua dengan gembira melayani kegiatan ini, karena ini juga perwujudan nyata dari nilai visi-misi para legioner. Selain itu gereja kita semakin banyak dikunjungi oleh para ziarah, itu tanda bahwa rahmat Tuhan tak pernah berhenti kepada kita untuk melayani mereka yang mau berkunjung ke gereja ini lebih-lebih para Legioner dari pelbagai komisium yang ada di Gereja Katolik Indonesia dan juga dari Sabah, Serawak,” ungkap ibu yang penuh senyum merekah ini ketika melayani tamu  di depan pintu gerbang gereja saat itu.

Selain misa kudus menjadi puncak dalam kegiatan Acies Legio Maria, acara yang tidak kalah penting adalah acara ramah tamah sebagai perwujudan nyata dalam bentuk persaudaraan Legio Maria dan juga kesempatan untuk sharing iman bersama. 

Semoga Legio Maria menjadi penyemangat bagi kelompok kategorial lain di Paroki St Fransiskus Asissi Singkawang. *** Bruf

 





Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

 

Pagi itu suasana alam gunung Poteng begitu gelap dan mendung. Sejumlah 68 orang siswa kelas IX dan XII baik dari asrama putra  St Maria dan putri St M. Gorreti Singkawang tidak bisa melihat dan menikmati gerhana matahari untuk pertama sepanjang usia mereka pada Rabu, 9 Maret 2016 pukul 6.00-8.45 Wib. 

Namun misi para generasi yang birilian sepagi itu bukan bertujuan utama menyaksikan fenomena alam tersebut, tetapi mereka sedang mengadakan kegiatan retret mencerahkan hati bagi peserta  UN dalam menyambut Ujian Nasional 2016 sekaligus penutupan program  kegiatan kerohanian dari kedua asrama di penghujung tahun ajaran 2015/2016. 

Bruder Theofanus, MTB, S.Pd selaku pembina asrama Putra St Marry Singkawang dengan penuh gembira menyaksikan anak didiknya dalam mengikuti kegiatan tersebut. Sambil membidikan lensa kesayanganya ia setia mengikuti kegiatan sejak tanggal 8 hingga 9 Maret 2016. “Saya berharap kalian semakin mengerti dan sadar maksud dari pencerahan hati dan pikiran kalian dalam menghadapi UN yang merupakan puncak dari segala ujian. Kalian tidak perlu takut karena selama tiga tahun sudah banyak file yang ada dalam kepala kalian yang telah kalian pelajari dari sekolah maupun di asrama tempat kalian endapkan ilmu yang ada,” yang diiringi tepukan tangan peserta semakin mendukung suasana di hari penutupan gawe super eksklusif kedua asrama ini.

Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar berkat sikap cekatan dan gesit dari pembina Asrama Putri St Maria Gorrety Singkawang dalam menyiapakan segala kebutuhan peserta di saat itu. Sr. Priska, SFIC, S.E., juga ikut senang karena dalam program di akhir tahun ajaran ini, bersama pembina asrama putra bisa bekerjasama mulai dari persiapan bahan/materi, sarana prasarana pendukung kegiatan outbond, menu malam keakraban serta tempat penyelenggaraan yang cocok untuk orang muda. “Saya dulu tidak ada kegiatan seperti ini menjelang UN. Kalian  hebat dan harus bangga karena di sisa waktu yang  disediakan oleh sekolah dan asrama masih punya waktu luang untuk mencerahkan suasana hati dan pikiran kalian dalam menyambut UN 2016,” sharing  suster muda ini dalam membandingkan pola pembinaan asrama dari zaman dan usia yang berbeda. Menurut alumni STIE Mulia Singkawang ini, “Kepintaran seseorang di dunia akademik bukan segalanya untuk mencapai kesuksesan dalam berkarya di tempat yang nyata  masih banyak kecerdasan dan skill yang bisa menguji kita untuk bisa sukses dalam berkarya di mana saja kita berada,” ujar penyuka olahraga voli ini penuh semangat.

Kegiatan pencerahan ini tidak ada yang istimewa dan spesial  bagi mereka, hanya suasana yang membuat tampil beda. Adapun kemasan acara secara umum adalah dinamika kelompok,  refleksi dan renungan, sharing, malam keakraban, serta outbond yang menggembirakan. Banyak permainan yang dikemas oleh pemateri, menggugah mereka untuk terlibat dan memicu untuk aktif dan dapat memberi makna dalam diskusi kelompok dengan fokus dan timbal balik mengapa tinggal di asrama, tujuan tinggal di asrama dan prestasi apa tinggal di asrama dan lain sebagainya.  Selain itu kegiatan outbond-nya lebih pada pencarian jati diri dan bisa memimpin diri sendiri,  belajar  menjadi pemimpin, namun yang menjadi fokus utama adalah kemana mereka setelah berakhir di bangku SMP dan SMA.

Maka dapat dikatakan puncak permenungan mereka di balik kegiatan ini adalah bahwa mereka sadar, hanya melalui pendidikanlah, martabat kita manusia dihargai di masyarakat dan yang bisa membangun diri dan lingkungan dapat maju tidak lain melalui sekolah. Apalagi dalam menghadap MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), semakin kita pacu untuk belajar dengan tekun dan ulet, untuk bisa bersaing dengan pelajar Asean baik tingkat SMP, SMA maupun di Perguruan Tinggi.

Peserta sadar bahwa setelah tamat dari  SMA, harus dapat mandiri dan dewasa dalam gaya atau metode belajar yang selama ini di asrama selalu didampingi oleh pembina dan mengikuti jadwal  yang telah dipatenkan oleh peraturan asrama. Maka ketika di perguruan tinggi tidak ada yang  mengatur dan harus menemukan sendiri untuk bisa sukses. 

Sedangkan untuk SMP selain melanjutkan ke tingkat SMA,  mereka harus mengambil keputusan apakah masih mau bertahan di asrama atau mencari suasana baru di luar.  Maka masih diberi kebebasan kepada mereka untuk mencari kebebasan dalam hidup, yang  mungkin mereka tahu dan sadar bahwa tinggal di asrama banyak ilmu yang harus ditimba demi masa depan dan cita-cita dalam hidupnya.

Di akhiri rangkaian kegiatan ini selain evaluasi secara spontan, para peserta dan pembina sama-sama mandi di sungai Eria. Di bawah gunung Poteng, para tunas  muda ini berbaring di atas aliran sungai yang teduh nan segar sambil menikmati bunyi gemercik natural air yang mengalir dan kicauan burung-burung yang menggoda bersahut-sahutan. “Kesegaran menikmati mata air yang alami lebih sejuk ketimbang ke spa yang  harganya mahal untuk ekonomi kalangan menengah ke bawah,” celoteh salah satu peserta  sambil menyelonjorkan kakinya di atas batu alam.

Mendung awan di atas gunung Poteng perlahan-lahan tersibak dan berganti dengan pemandangan awan nan membiru karena keceriaan dari generasi muda yang maju dan berhasil dalam hidup ini. “Terima kasih kepada Bapa di surga, pembina dan semua peserta karena di tempat ini kita merasakan kehadiran keagungan kasih Tuhan,” ungkap salah satu pembina di akhiri kegiatan dalam membawakan doa penutup saat itu. “Woouuu amazing banget, kapan lagi ya, bakalan ga lupa seumur hidup,” puji salah satu dari peserta asrama putri yang suka menghibur temannya di saat galau dalam belajar. Bravo pembina asrama Singkawang. Semoga kegiatan yang dilaksanakan di Wisma Emaus Nyarumkop ini dapat memberi dampak positif bagi seluruh pesertanya dan ditingkatkan di kemudian hari. *** Bruf.


26 Mar 2016

VIDEO KAMIS PUTIH, PAUS FRANSISKUS CUCI DAN CIUM KAKI PARA RASUL

VIDEO KAMIS PUTIH, PAUS FRANSISKUS CUCI DAN CIUM KAKI PARA RASUL